Pilek, selesma atau flu adalah
penyakit yang sering mengenai anak anak. Anak balita khususnya pada usia
dibawah 2 tahun mudah sekali terserang penyakit ini dan bahkan bisa terkena berkali
kali dalam setahun. Saking seringnya ada sebagian orangtua menganggap biasa,
tidak mengobati, dan membiarkan penyakitnya, toh nanti juga sembuh sendiri. Sehingga dalam masyarakat kita ada istilah
anak masih ingusan untuk anak kecil. Ingusan pada anak dianggap hal yang wajar
padahal ingusan adalah tanda penyakit.
Betul selesma atau common cold
ini sebagian besar sembuh dengan sendirinya karena disebabkan oleh virus. Tetapi
perlu diingat infeksi virus ini
menyebabkan penurunan daya tahan, yang
seterusnya dapat mengakibatkan komplikasi penyakit lain yang disebabkan bakteri, seperti radang telinga,
tenggorokan, sinus dll. Radang telinga mengenai 5-30%, dapat menyebabkan gangguan pendengaran
(budek) yang contohnya bisa kita lihat pada sebagian orang tua kakek nenek yang budek,
bila diselidiki lebih jauh ternyata ada riwayat ingusan dan sakit telinga
sewaktu kecil. Komplikasi lain seperti Sinusitis 5-13% dapat menjadi fatal menjadi infeksi selaput otak, sehingga orangtua harus tetap waspada dan segera membawa berobat jika penyakit
selesma anak tidak kunjung sembuh.
Pilek termasuk penyakit
infeksi akut saluran pernafasan bagian atas (ISPA) yang dapat sembuh sendiri (self-limited
disease); sebagian besar disebabkan oleh virus, ditandai gejala rinore (meler) dan hidung tersumbat
sebagai gejala yang paling menonjol; sedangkan gejala sistemik seperti demam
atau mialgia (nyeri otot) biasanya ringan atau tidak ada.
Pengobatan
Virus penyebab pilek terbanyak adalah Rhinovirus, Parainfluenza
virus, Corona virus dan Respiratory
syncytial virus (RSV). Infeksi virus ini tidak perlu dan tidak bisa diobati
dengan antibiotik. Antibiotik diberikan bila ada komplikasi infeksi bakteri.
Karena bersifat sembuh sendiri, yang perlu dilakukan adalah meningkatkan daya tahan tubuh dengan istirahat cukup, makan
cukup, banyak minum dst.
Menurut rekomendasi pengobatan CDC 2014 di AS pemberian antivirus Oseltamivir
(Tamiflu) lebih cepat menghilangkan gejala dan komplikasi tetapi sayangnya di
Indonesia obat ini sulit ditemukan. Obat lain seperti antivirus methisoprinol
menurut beberapa kajian cukup efektif. Selain itu dokter juga biasa memberikan
penguat daya tahan tubuh
(imunomodulator) seperti echinacea, stimuno dll. Obat lain untuk mengurangi gejala diberikan
seperti penurun panas, obat dekongestan
seperti actifed, rhinofed untuk hidung meler.
Obat anti demam seperti parasetamol atau Ibuprofen diberikan agar anak
merasa lebih nyaman, tidak rewel dan menghindari kemungkinan timbulnya kejang
yang dicetuskan oleh demam tinggi. Obat lain yang aman adalah tetes hidung yang
berisi garam fisiologis yang diberikan bila hidung mampet. Pada balita apabila hidung mampet, anak
menjadi rewel karena tidak bisa bernafas lewat mulut. Hidung mampet ini sering
terjadi pada malam hari, sewaktu tidur tiba-tiba anak menangis terbangun,
menjadi rewel, ingin digendong, bila digendong menjadi agak tenang, ditidurkan terbangun lagi. Perlu diingat
juga walaupun penyakit ini sembuh
sendiri bukan berarti tidak dibawa berobat, bila pilek berkelanjutan 3-4 hari,
makin berat, rewel dst sebaiknya dibawa ke dokter. Dokter akan menilai apakah
pilek biasa atau ada komplikasi yang perlu pengobatan tambahan.
Komplikasi
Seringkali ditemukan pilek yang berlangsung lama kemudian tiba tiba
dari telinga anak keluar cairan. Nah, pada kondisi ini berarti sudah terjadi penyebaran infeksi
telinga tengah (Otitis media) dan
terjadi kebocoran gendang telinga. Sebagaimana kita tahu antara hidung atau
saluran pernafasan berhubungan dengan telinga dengan saluran yang dinamakan tuba
eustachius. Bakteri normal pada saluran nafas, akibat pilek menurukan daya
tahan menjadi bersifat invasif dan masuk kedalam telinga, telinga terinfeksi dan kemudian “bocor”.
Sebelum telinga “bocor” biasanya anak mengeluh sakit pada telinga, jangan sepelekan
bila ada keluhan ini segera berobat.
Selain itu bisa terjadi sinusitis, peradangan pada rongga tulang di
wajah (sinus) ditandai dengan nyeri pada tulang di kening, hidung dan bawah
mata. Infeksi pada sinus ini bisa menyebabkan penyakit berat yaitu infeksi pada
rongga bola mata (selulitis orbita) dan peradangan selaput otak (meningitis).
Faringitis bakterial, radang tenggorokan akibat infeksi bakteri, perlu
pemberian antibiotik yang sesuai. Dapat juga terjadi sesak nafas akibat Infeksi
saluran nafas bawah, (pneumonia) paru paru basah ditandai dengan nafas yang
cepat (pernafasan usia 2 sd 12 bulan
> 50x/menit atau 1-5 tahun > 40x/menit)
dan tarikan/ cekungan pada dinding dada. Apabila terjadi sesak nafas
harus dirawat untuk diberikan oksigen, infus, antibiotik injeksi dan bila tidak diobati
dibiarkan berisiko fatal gagal nafas.
Selesma juga dapat mencetuskan asma pada anak yang berbakat asma, Asma
ini bisa bermanifestasi sesak nafas disertai bunyi mengi (ngik-ngik) pada dada
atau yang lebih sering berupa batuk-batuk yang sering, panjang dan terlihat lebih berat dari biasanya. Batuk
batuk ini biasanya lebih sering muncul malam hari. Pada kondisi ini perlu
pengobatan khusus seperti obat inhalasi/ uap,
kortikosteroid dll.
Pencegahan
Pencegahan lebih penting dari pengobatan. Pada balita terutama
pencegahan dilakukan dengan menjaga daya
tahan tubuh optimal (istirahat cukup, makan minum cukup, jalan jalan tidak
terlalu lama sehingga kelelahan dll) dan menghindari penularan kontak dari yang
terinfeksi (memakai masker bila ada yang flu, tidak berlama lama ditempat umum,
tidak bermain/ berdekatan dengan anak yang pilek, tidak kontak dengan dewasa yang
pilek dll). Pencegahan lainnya dengan pemberian imunisasi influenza untuk
mencegah flu yang berat dan imunisasi IPD
(vaksin dengan PCV13), mencegah penyakit radang telinga akibat kuman
pneumokokus invasif.
Kesimpulan :
Pilek atau selesma paling
banyak disebabkan infeksi virus yang tidak memerlukan antibiotik.
Pengobatan tetap diberikan dan
ditujukan untuk mengatasi gejala dan meningkatkan daya tahan tubuh. Jangan
dibiarkan apabila penyakit berlangsung lama
dan segera berobat ke dokter, karena apabila terlambat dapat menimbulkan
berbagai komplikasi.
Referensi:
Turner RB, Hayden GF. The common cold. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB,
penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia : WB Saunders Co; 2004. h.
1389-91.
Cherry JD. The common cold. Dalam: Feigin RD , Cherry JD, Demmler GJ, Kaplan
SL. Textbook of pediatric infectious diseases. Edisi ke-5. Philadelphia : WB Saunders Co;
2004. h. 140-6.
http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/rr6001a1.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
harap berkomentar yang sopan dan tidak menyinggung SARA